Jumat, 09 April 2010
resume 2
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama di Indonesia di samping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting peranannya bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Dana dari sektor pajak di samping digunakan untuk membiayai pembangunan juga behngsi sebagai stabilisator dan sebagai regulator untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Penerimaan sektor pajak dari tahun ke tahun selalu meningkat seiring dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan di segala bidang. Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dana yang semakin meningkat mengolah pajak dengan berbagai upaya melalui kebijakan fiskal, serta penyempurnaan sistem perpajakan. Di samping itu juga memberikan penghargaan kepada pembayar pajak terbesar sebagai salah satu upaya pemerintah dalam menggalakkan pajak dan diterapkannya system dimana masyarakat diberi kesempatan untuk menghitung dan menyetor sendiri besarnya pajak. Pajak Pertambahan Nilai menduduki tempat yang sangat penting karena mempunyai peranan besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan memberikan dampak yang besar dalam perekonomian rakyat Indonesia. Bahkan hasilnya dapat diharapkan akan lebih besar daripada Pajak Penghasilan (PPh), karena setiap warga masyarakat akan membeli barang kebutuhan hidupnya yang hampir kesemuanya merupakan hasil produksi yang kena Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Perusahaan sebagai subyek pajak? juga ikut berperan dalam membiayai pembangunan nasional. Pada setiap akhir periode akuntansi, pengelola perusahaan menyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, baik kepada pemilik maupun kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan, misalnya Bank, kantor inspeksi pajak dan sebagainya. Kesalahan dalam menetapkan pajak yang akan dibayarkan kepada Negara akan mempersulit petugas pajak dalam melakukan pemeriksaan dan menimbulkan kerugian bagi negara serta berpengaruh bagi pemilik perusahaan dengan adanya denda maupun restitusi atas kelebihan pembayaran pajak. Seperti halnya dengan PT. Aneka Era Baru yang merupakan obyek penelitian dalam skripsi ini dimana PT. Aneka Era Baru adalah sebuah perusahaan distributor sepatu yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), maka secara otomatis PT Aneka Era Baru dapat melakukan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran atas penyerahan barang kena pajak. Menurut peraturan perpajakan UU PPN No. 11 tahun 1994 dalam Penjelasan Pasal 11 ayat 1), pemungutan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya menganut prinsip akural artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau pada saat penyerahan Jasa Kena Pajak atau pada saat impor Barang Kena Pajak, meskipun atas penyerahan tersebut belum atau belum sepenuhnya diterima pembayarannya.
Masalah yang juga timbul adalah PT. Aneka Era Baru sering melakukan penundaan atas pajak keluaran atau membukukan faktur bukan pada tanggal yang telah ditentukan oleh Undang-Undang, melainkan berdasarkan permintaan pembeli. Selain itu PT Aneka Era Baru juga sering menerima retur atas penjualannya, dimana Pajak Pertambahan Nilai sudah dibayarkan. PT. Aneka Era Baru membuat faktur pajak keluaran, namun seringkali Pajak Pertambahan Nilai keluaran tersebut dikenakan atau dibebankan kepada pemilik barang tidak sesuai dengan periode saat diakuinya pendapatan tersebut. PT Aneka Era Baru kurang menyadari bahwa penjualan yang dilaporkan dalam periode tersebut akan berpengaruh terhadap perhitungan laba rugi untuk periode yang bersangkutan.
KESIMPULAN
1. PT. Aneka Era Baru di Sidoarjo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang sepatu yang dilaksanakan untuk memenhui permintaan dalam negeri dan memenuhi kebutuhan ekspor sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
2. Pajak masukan yang terjadi dalam satu periode oleh PT. Aneka Era Baru tidak dibebankan secara langsung pada pei-iode tersebut melainkan di tunda tanpa ada dasar penundaannya dimana mengakibatkan PPN Masukannya selalu timbul lebih besar dari pajak keluarannya. Sehingga selalu timbul kelebihan bayar pajak.
3. Perusahaan belum melaporkan secara akurat dalam SPT Masa PPN atas penjualan ekspornya. Selain itu, PT. Aneka Era Baru belum melaporkan adanya penjualan BKP kepada bukan PKP dengan benar dimana antara jumlah yang dilaporkan masih lebih kecil dibandingkan dengan yang dibukukan dalam laporan keuangan sehingga terdapat potensi jumlah PPN Keluaran akan meningkat dan PPN Masukan yang dapat dikompensasi akan menurun, jika penjualan ke bukan PKP itu dilaporkan dalam SPT Masa PPN.
4. Laba bersih yang tampak pada neraca tidak mencerminkan keadaan yang sebenamya karena adanya beban pajak yang tidak dibebankan pada masa pajak yang seharusnya, sehingga utang pajaknya tampak lebih kecil dari sebenarnya dan laba bersih sesudah pajak juga tampak lebih kecil dari sebenarnya.
5. Kesalahan yang dilaksanakan oleh PT. Aneka Era Baru sebagai PKP tersebut bersifat pasif, artinya tidak ada usaha secara nyata dari wajib pajak untuk membuat kesalahan atau penyelewengan tersebut. Tetapi disebabkan ketidaktahuan atau keterbatasan personil administrasi atau akuntansi akan pengetahuan mengenai seluk beluk perhitungan perpajakan.
Sumber :
http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eakt/2002/jiunkpe-ns-s1-2002-32494026-161-aneka_era-chapter1.pdf
resume 1
Ketika menanamkan modal di perusahaan emiten, pemegang saham mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang ditanamkannya itu. Dalam hal ini ada dua jenis dividen yang bisa diperoleh pemegang saham, yaitu dividen kas dan non kas. Dividen kas (cash dividend) adalah dividen yang dibayar oleh emiten kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Dividen non kas adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Contoh dividen non kas adalah dividen saham (stock dividend) dan dividen aktiva.
Dividen kas merupakan masalah yang sering kali menjadi topik pembicaraan yang hangat di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan emiten, bahkan cenderung terjadi kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan emiten. Kontroversi yang ada adalah antara pendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang diajukan oleh Miller dan Modigliani (MM) yang sering disebut teori irrelevansi dividen, sementara argumen lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan yang sering disebut teori relevansi dividen, dan argumen terakhir yang menyatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan (Hanafi, 2004).
Miller dan Modigliani (1961) mengajukan argumen bahwa kebijakan dividen tidak relevan (Sutrisno, 2003). Miller dan Modigliani berpendapat bahwa pada dasarnya pada kondisi keputusan investasi yang given pembayaran dividen tidak relevan untuk diperhitungkan, karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning power dari aset perusahaan. Oleh karena itu nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagi dalam bentuk cash dividen atau laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat MM ini ditekankan bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan sumber dana yang lain, artinya bila perusahaan membayar dividen maka perusahaan harus mengganti dengan mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian adanya kenaikan pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru (Sutrisno, 2003).
Pendapat kedua yang sering menjadi kontroversi dalam kebijakan dividen adalah teori relevansi dividen yang dikemukakan oleh Myron J. Gordon dan John Litner (Sundjaja dan Barlian, 2002). Dasar pemikirannya adalah bahwa investor umumnya menghindari risiko, dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima dimasa yang akan datang. Pembayaran dividen sekarang dipercaya dapat mengurangi ketidakpastian investor. Sebaliknya jika dividen dikurangi atau tidak dibayarkan, tingkat ketidakpastian investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham. Dalam praktek, tindakan manajer keuangan dan pemegang saham cenderung menunjang kepercayaan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai saham, karenanya sesuai dengan teori relevansi dividen, maka setiap perusahaan harus mengembangkan kebijakan dividen untuk memenuhi sasaran dari pemilik dan memaksimalisasi kekayaan yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan (Sundjaja dan Barlian, 2002).
Argumen terakhir tentang kebijakan dividen adalah yang mengatakan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan (Hanafi, 2004). Variabel pajak dan flotation cost mendasari argumen tersebut. Di negara tertentu, seperti di Amerika Serikat, pajak untuk capital gain lebih rendah dibandingkan dengan pajak untuk dividen (28% versus 31%). Di samping itu, pajak atas capital gain akan efektif jika capital gain tersebut direalisir (yang berarti saham tersebut dijual). Dengan kata lain pajak efektif atas capital gain dapat ditunda, sedangkan pajak dividen akan dibayarkan pada saat dividen diterima. Berdasarkan argumen tersebut, dividen seharusnya dibayar rendah, karena akan menghemat pajak (Hanafi, 2004). Berkaitan dengan argumen di atas, maka perusahaan disarankan untuk memberikan dividen yang rendah kepada pemegang saham.
Ditinjau dari kepentingan perusahaan emiten, pendapat yang pertama dan yang ketiga, yaitu bahwa kebijakan dividen tidak relevan dengan nilai perusahaan dan bahwa dividen yang rendah yang akan meningkatkan nilai perusahaan yang lebih disukai. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak perlu mempersiapkan pengeluaran yang tinggi untuk pembayaran dividen, sehingga dividen yang seharusnya dibagikan dapat digunakan untuk modal perusahaan.
Di lain pihak ditinjau dari kepentingan pemegang saham, pendapat kedua yang lebih disukai, yaitu dividen dibagikan sekarang, khususnya bagi pemegang saham yang membeli saham untuk kepentingan jangka menengah. Kepentingan jangka menengah yang dimaksud adalah bahwa pemegang saham ingin menikmati hasil dari saham. Di lain pihak bagi pemegang saham yang membeli saham untuk kepentingan jangka panjang, relatif lebih menginginkan pengembangan modal perusahaan, sehingga tidak terlalu menuntut untuk dibagikan dividen.
Ketika memutuskan untuk melakukan pembagian dividen kas, perusahaan emiten harus mempertimbangkan banyak faktor, antara lain ROI, cash ratio, current ratio, debt to total asset, earning per share (EPS) dan cash dividend pay out ratio.
Bagi pemegang saham semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, sehingga wajar jika pemegang saham mengharapkan pembagian dividen kas jika ROI meningkat. Demikian juga apabila cash ratio, current ratio dan earning per share (EPS) meningkat, maka pemegang saham mempunyai harapan bahwa perusahaan akan mempunyai kemampuan untuk membagi dividen kas. Sebalikya jika debt to total asset perusahaan emiten meningkat, maka pemegang saham tidak mengharapkan perusahaan membagikan dividen kas. Dilihat dari segi dividend pay out ratio, pemegang saham akan melihatnya sebagai signal mengenai kemungkinan besarnya dividen kas yang akan dibagikan dimasa yang akan datang.
Di lain pihak bagi perusahaan emiten, pertimbangan yang digunakan untuk memutuskan pembagian dividen kas tidak semudah itu. Perusahaan emiten akan mempunyai banyak pertimbangan yang kadang kala bertentangan dengan harapan dari pemegang saham. Ketika terjadi pertentangan seperti ini, segala teori yang berkaitan dengan pembagian dividen kas seakan-akan menjadi tidak berguna, karena keputusan akhir untuk membagi dividen kas berada sepenuhnya di tangan manajemen perusahaan emiten, khususnya RUPS.
KESIMPULAN
Bahwa investor umumnya menghindari risiko, dan dividen yang diterima sekarang mempunyai risiko yang lebih kecil daripada dividen yang diterima dimasa yang akan datang. Pembayaran dividen sekarang dipercaya dapat mengurangi ketidakpastian investor. Sebaliknya jika dividen dikurangi atau tidak dibayarkan, tingkat ketidakpastian investor akan meningkat dan menyebabkan peningkatan pengembalian yang diinginkan serta mengurangi nilai saham. Dalam praktek, tindakan manajer keuangan dan pemegang saham cenderung menunjang kepercayaan bahwa kebijakan dividen mempengaruhi nilai saham, karenanya sesuai dengan teori relevansi dividen, maka setiap perusahaan harus mengembangkan kebijakan dividen untuk memenuhi sasaran dari pemilik dan memaksimalisasi kekayaan yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan.
sumber: http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008053010541201312359.pdf
abstrak 2
Beberapa tahun terakhir ini isu harmonisasi Standar Akuntansi Internasional telah menjadi topik yang banyak dibahas pada berbagai forum dalam profesi akuntansi. Globalisasi ekonomi telah menyebabkan para pemakai informasi akuntansi membutuhkan pelaporan keuangan yang dapat membantu pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan keuangan yang berskala internasional. Bentuk informasi perusahaan ini adalah laporan keuangan yang menyediakan informasi keuangan pelmahaan yang dibutuhkan pihak internal dalam pengambilan keputusan serta pihak eksternal dalam perusahaan. Jadi sebagai sumber informasi yang penting maka informasi tersebut harus relevan dan dapat diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat. Bersamaan dengan pesatnya perkembangan perekonomian salah satu akibatnya adalah timbulnya persaingan. Perusahaan dalam hal ini, ingin selalu mendapatkan pelanggan yang setia, walaupun dengan cara menambah modal kerjanya. Tambahan modal kerja diperlukan untuk membayar PPN yang sudah terutang sejak penyerahan BKP kepada pelanggan. Sedangkan pelanggan sendiri tidak menghendaki pembukaan faktur pada saat penyerahan BKP, tetapi pada batas waktu yang melampaui dalam ketetapan Undang-Undang Perpajakan. Hasil pembahasan memberikan kesimpulan bahwa agar perusahaan dapat memberi informasi yang benar dan tepat kepada para pembacanya serta dapat memenuhi prinsip konsistensi dalam penyajian laporan keuangan, disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (S AK). Perusahaan hendaknya berpedoman pada UU No. 11 tahun 1994 untuk perhitungan PPN-nya, serta perlu untuk memenuhi tuntutan dunia usaha agar betul-betul mandiri dalam pengelolaan manajemen termasuk perpajakannya.
abstrak 1
Dividen kas merupakan interaksi antara manajemen dengan pemegang saham di RUPS. Hal-hal yang diperhatikan adalah ROI, cash ratio, current ratio, debt to total asset, earning per share (EPS) dan cash dividend pay out ratio sesuai dengan visi masing-masing.
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik regresi. Data-data berasal dari 18 perusahaan yang berasal dari berbagai jenis perusahaan dari tahun 1999-2003.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi cash dividend secara signifikan hanyalah cash dividend pay out ratio, sedangkan ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan cash dividend.
Hasil penelitian ini memberi implikasi kepada investor, bahwa investor tidak harus terpaku pada teori dalam memutuskan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan, khususnya teori tentang cash ratio, current ratio, debt to total asset, earning per share (EPS). Sebaliknya investor dapat lebih mempertimbangkan cash dividend pay out ratio perusahaan dalam memutuskan untuk berinvestasi dalam rangka mendapatkan keuntungan berupa cash dividend.
Minggu, 04 April 2010
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA BANK PERMATA TAHUN 2006, 2007 DAN 2008
Penulis : Sulistining Trimulyani
Waktu Penerbitan : 15 Maret 2010
Nama Majalah : UG Jurnal
Lembaga Penerbitan : Universitas Gunadarma
Volume & No. Majalah : Volume 4 No. 01 Tahun 2010
Komponen – komponen
Pendahuluan
Landasan Teori
Metode Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Termasuk Penelitian Terapan APPLIED RESEARCH
Rabu, 11 November 2009
Krisis Global Yang Terjadi Di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang berdampak negatif terhadap negara-negara lainnya, tidak berimbas terlalu besar bagi
Pasar ekspor utama
Karena itu, pemerintah harus dapat menjaga konsumsi rumah tangga yang nilainya cukup besar sekitar 60 persen dari total PDB. Pemerintah telah memperhitungkan hal tersebut dan segera melakukan berbagai kesiapan untuk menjaganya lebih jauh
Pemerintah juga harus cepat melakukan kebijakan lain seperti mendorong pertumbuhan sektor riil yang selama ini dinilai masih berjalan di tempat dan memberikan kemudahan investasi yang lebih baik agar investor asing merasa senang, nyaman dan mudah menanamkan dananya.
Apabila ini bisa terjadi maka pertumbuhan ekonomi nasional akan tetap tumbuh di atas 6 persen, meski gejolak krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa masih belum reda. Ke depan,
Jadi tekanan krisis keuangan global itu akibat kepanikan pelaku pasar, meski pemerintah AS telah mendapat persetujuan kongres mendapat dana talangan sebesar 700 miliar dolar AS. Sementara itu, Managing Director Advisory Group in Economics, Industry and Trade (Econit), pemerintah diminta tidak hanya memompa sikap optimistis menghadapi krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa.
Pemerintah harus mampu mengamankan sistem ekonomi secara menyeluruh, karena ekonomi dalam negeri saat ini lebih rapuh dibanding krisis 1998, sikap optimistis bahwa kondisi ekonomi cukup kuat menghadapi krisis, justru bisa berakibat buruk karena secara riil ekonomi nasional sangat tidak kondusif. “Yang penting dari semua itu adalah perlunya optimalisasi dan percepatan pencapaian target dari berbagai program yang telah dijalankan, termasuk mempercepat reformasi birokrasi,” sistem birokrasi yang masih belum dapat dikendalikan dengan baik mengakibatkan daya saing produk dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri sulit untuk bersaing baik di pasar internasional maupun di dalam negeri.
“Tidak mudah kembali ke produk dalam negeri, karena produk impor murah dan berkualitas sudah merajai pasar dalam negeri. Ini artinya pemerintah harus lebih serius dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi domestik, dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi,”.
Krisis keuangan di Amerika sudah meluas efeknya ke seluruh dunia menjadi krisis keuangan global. Negara-negara Asia termasuk
Yang jelas harga-harga saham, harga reksadana, harga unit link di Asuransi anjlok.
Selain dampak dalam sektor keuangan, krisis keuangan global juga mempengaruhi sektor riil di
Ekspor barang-barang kerajinan di
Harga barang-barang bekas / rosokan juga menurun tajam, sehingga pendapatan pengepul dan pemulung barang bekas juga merosot tajam.
Bagi publisher atau Internet Marketer di
Bagi pelaku affiliate marketing mungkin omzet penjualan barang-barang tertentu untuk konsumen Amerika menurun, tetapi ada berita yang mengatakan konsumsi barang elektronik di Amerika naik, karena orang Amerika yang lagi krisis lebih memilih di rumah nonton TV atau mendengarkan musik.
Bagi publisher Google Adsense di Indonesia mungkin tidak terlalu terpengaruh jika mengandalkan visitor
1.2 Rumusan Masalah
1. apakah penyebab krisis global yang terjadi di Amerika?
2. dampak apakah yang akan terjadi di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sebab-sebab Terjadinya Krisis Global Di Indonesia
Bahwa terjadi krisis maha dahsyat di Amerika Serikat yang menyebar ke semua negara di dunia sudah sangat banyak kita baca. Namun tidak banyak yang menjelaskan tentang sebab-sebabnya, dan juga tidak banyak yang menguraikan tentang landasan dari sebab-sebab itu, yaitu mashab pikiran atau ideologi yang memungkinkan dipraktekannya cara-cara penggelembungan di sektor keuangan.
Tentang yang pertama, media
Bank hipotik yang mengkhususkan diri memberikan kredit untuk pembelian rumah, dengan sendirinya mempunyai tagihan kepada penerima kredit yang menggunakan uangnya untuk membeli rumah. Jaminan atas kelancaran pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya adalah rumah yang dibiayai oleh bank hipotik tersebut. Kita sebut tagihan ini tagihan primer, karena langsung dijamin oleh rumah, atau barang nyata. Tagihannya bank hipotik kepada para penerima kredit berbentuk kontrak kredit yang berwujud kertas. Istilahnya adalah pengertasan dari barang nyata berbentuk rumah. Karena kertas yang diciptakannya ini mutlak mewakili kepemilikan rumah sebelum hutang oleh pengutang lunas, maka kertas ini disebut
Katakanlah bank hipotik ini bernama Bear Sterns. Bear Sterns mengkonversi uang tunainya ke dalam kewajiban cicilan utang pokok beserta pembayaran bunga oleh para penghutang atau debitur. Jadi uang tunai atau likuiditasnya berkurang. Namun Bear Sterns memegang
Penerbitan
Lehman memegang
Demikianlah seterusnya, satu rumah sebagai jaminan menghasilkan uang tunai ke dalam kas dan bank-bank ternama dengan jumlah keseluruhan yang berlipat ganda. Media
Sekarang kita bayangkan adanya pembeli rumah yang gagal bayar cicilan utang pokok beserta bunganya. Kalau satu tagihan dipotong-potong (sliced) menjadi 5, yang masing-masing dibeli oleh bank-bank yang berlainan, maka gagal bayar oleh satu debitur merugikan 5 bank. Ini sebagai contoh. Dalam kenyataannya bisa lebih dari 5 bank yang terkena kerugian besar, karena kepercayaan bank-bank besar di seluruh dunia kepada nama-nama besar investment banks dan hedge funds di AS.
Dampak pertama adalah bahwa bank tidak percaya pada bank lain yang minta kredit kepadanya melalui pembelian
Dampak kedua adalah bahwa bank yang menagih piutangnya yang sudah jatuh tempo tidak memperoleh haknya, karena bank yang diutanginya tidak mampu membayarnya tepat waktu, karena pengutang utamanya, yaitu individu yang membeli rumah-rumah di atas batas kemampuannya memang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dengan sadar memberikan kredit rumah kepada orang yang tidak mampu. Itulah sebabnya namanya subprime mortgage. Sub artinya di bawah. Prime artinya prima atau bonafid. Jadi dengan sadar memang memberikan kredit rumah kepada orang-orang yang tidak bonafid atau tidak layak memperoleh kredit. Bahwa kepada mereka toh diberikan, bahkan berlebihan, karena adanya praktek yang disebut sliced and diced tadi. Dampak kedua ini, yaitu bank-bank gagal bayar kepada sesame bank mengakibatkan terjadinya rush oleh bank-bank pemberi kredit, antara lain kepada Lehman Brothers. Maka Lehman musnah dalam waktu 24 jam.
Ketika
Maka dialah yang ketiban beban berat menghadapi krisis yang maha dahsyat yang sedang berlangsung. Tindakan-tindakannya seperti semaunya sendiri atau bingung. Dia memfasilitasi JP Morgan untuk membeli Bear Sterns dengan harga hanya US$ 2 per saham, yang dalam waktu singkat direvisi menjadi US$ 10. Fannie Mae dan Freddie Mac, perusahaan quasi milik pemerintah telah memberikan jaminan kredit sebesar US$ 5,4 trilyun. Untuk menyelamatkannya dua perusahaan penjaminan kredit tersebut dibeli oleh pemerintah dengan jumlah uang US$ 80 milyar. Lehman Brothers disuruh bangkrut saja. Merril Lynch dijual kepada Bank of America. Akhirnya dia menyodorkan usulan supaya pemerintah AS menyediakan uang US$ 700 milyar untuk menanggulangi krisis. Kongres marah, karena alasan ideologi. Bagaimana mungkin bangsa yang kepercayaannya pada keajaiban mekanisme pasar bagaikan agama mendadak disuruh intervensi dengan uang yang begitu besar? Wall Street guncang luar biasa. Kongres rapat lagi dan “terpaksa” menyetujui usulan Hank Paulson dan Bernanke, Presiden Federal Reserve, supaya pemerintah AS menggunakan uang rakyat pembayar pajaknya sebesar Rp 700 milyar untuk mencoba menyelesaikan masalah keuangan yang maha dahsyat itu. Saya katakan mencoba, karena setelah disetujui, Wall Street tetap saja terpuruk.
Maka masyarakat menjadi panik, kepercayaan kepada siapapun hilang. Dengan adanya pengumuman bahwa perusahaan-perusahaan besar dengan nama besar dan sejarah yang panjang ternyata bangkrut, saham-sahamnya yang dipegang oleh masyarakat musnah nilainya. Masyarakat bertambah panik.
Seperti telah dikemukakan sangat banyak kertas-kertas derivatif diciptakan oleh bank-bank dengan nama besar, sehingga tanpa ragu banyak bank-bank besar di seluruh dunia membelinya sebagai investasi mereka. Kertas-kertas berharga ini mendadak musnah harganya, sehingga banyak bank yang menghadapi kesulitan sangat kritis.
2.2 Dampaknya terhadap
Secara rasional dampaknya terhadap
Dampak yang riil dan sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek
Kebijakan lain ialah mengumumkan memberikan jaminan keamanan dan keutuhan uang yang disimpan dalam bank-bank di Indonesia sampai batas Rp 2 milyar. Ini sama saja mengatakan kepada publik di seluruh dunia supaya jangan menyimpan uangnya di bank-bank di Indonesia yang melebihi Rp 2 milyar.
Karena pengaruh teknologi informasi yang demikian canggihnya, semua berita-berita tentang krisis yang melanda negara-negara maju dapat diikuti. Pengaruh psikologisnya ialah kehati-hatian dalam membelanjakan uangnya yang berarti konsumsi akan menyusut dengan segala akibatnya.
Setelah Bank
Hal yang kurang dipahami adalah faktor-faktor, kekuatan-kekuatan serta mekanisme yang bekerja etelah meletusnya gelembung angin (bubble) keuangan menyeret perekonomian global ke dalam spiral yang menurun.
Sejak lama kita mengenal adanya gejala gelombang pasang surutnya ekonomi atau business cycle atau conjunctuur yang selalu melekat pada sistem kapitalisme dan mekanisme pasar. Cikal bakal tercapainya titik balik teratas menuju pada kemerosotan, dan sebaliknya, cikal bakal tercapainya titik balik terendah menuju pada kegairahan dan peningkatan ekonomi bisa macam-macam. Tetapi pola kemerosotan dan pola peningkatannya selalu sama.
Seberapa besar pemerintah mempunyai kemampuan mempengaruhinya tergantung pada struktur ekonomi dalam aspek perbandingannya antara ketersediaan modal dan ketersediaan tenaga kerja. Bagian ini dari ekonomi tidak banyak dibicarakan oleh para ahli. Apakah karena mereka kurang paham, ataukah gejala business cycle sudah mati, sudah kuno dan tidak berlaku lagi?
2.3 Anggaran Pendidikan Dikurangi, Akibat Krisis Global
Anggaran pendidikan yang direncanakan pemerintah dalam RAPBN tahun 2009 sebesar 20 persen, kembali akan dikurangi. Kondisi ini dipicu terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat. Pengurangan diperkirakan akan mencapai Rp16 triliun. Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi X DPR RI Irwan Prayitno usai Wisuda mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) periode ke-83 di GOR UNP, Sabtu (18/10). Kendati demikian, ia mengatakan bahwa beberapa item yang masuk dalam anggaran pendidikan itu seperti dana bantuan operasional sekolah BOS, tunjangan fungsional dan profesi untuk guru dan dosen serta dana untuk wajib belajar sembilan tahun tidak akan dikurangi. Bahkan malah seperti dana BOS ditambah menjadi dua kali lipat.
Ia juga mengatakan bahwa hampir 50 persen dari anggaran pendidikan itu digunakan untuk penuntasan wajib belajar sembilan tahun. “Kita tidak bisa mengingkari bahwa walaupun sudah merdeka selama 63 tahun, tapi kita masih jauh tertinggal dari negara-negara lain,”. Untuk itu, lanjutnya politik anggaran pendidikan terus diarahkan pada beberapa kebijakan strategis.
Yakni pada perluasan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu pendidikan dan daya saing pendidikan. Serta melakukan akuntabilitas dan mengangkat citra pendidikan
Berada di bawah Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen MPDM) sebesar Rp21,741 triliun. “Anggaran sebesar itu selain untuk peningkatan mutu,relevansi dan daya saing pendidikan tinggi, juga digunakan untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi. Sebab sampai saat ini APK mahasiswa
Pendidikan: Krisis finansial di AS tak pelak merecoki anggaran pendidikan yang telah diplot pemerintah dalam RAPBN 2009 sebesar 20 persen. Anggaran pendidikan diperkirakan turun mencapai Rp16 triliun.
Bila dibandingkan dengan China 20,3 persen, Philipina 28,1 persen, Malaysia 32, 5 persen, Thailand 42,7 persen dan Korea yang mencapai 91 persen. Tentu
“Kami telah menempa para lulusan dengan berbagai ilmu dan keterampilan.Khusus untuk tenaga pendidik, mereka juga telah ditempa dengan berbagai kompetensi pendidikan. Sekarang semua diserahkan pada mereka, hanya saja saya berharap kompetensi yang didapatkan itu dapat diwarnai dengan upaya pengendalia diri,”
BAB III
DAMPAK KRISIS GLOBAL BAGI
Saat ini
Resep yang diberikan
Tidak ada negara berukuran sedang seperti
Jumat, 23 Oktober 2009
Facts of Life
He was not absolutely overwhelmed with roses, is also not entirely prickly.
A rose is a soft, beautiful and fragrant, but the shaft where the roses
full bloom with thorns.
Because of the roses we are not afraid of thorns.
However, people will not undermine the rose because thorns.
To an optimist the world is really full of roses, while for
a pessimistic, the world is full of thorns.
But for a realist world is not absolutely full of roses are also not absolutely full of thorns.
The world is covered by beautiful roses and sharp thorns.
One who understands will not madly in love with the beauty of roses,
but would look at as it is.
By knowing the real nature than the thorns, he would look at
as it is and will be careful to not get hurt.
Like a pendulum that rotates continuously to the left and right,
four desired conditions and four undesirable conditions over
in this world.
Every one is no exception will find these conditions during
lifetime.
These conditions are:
Profit and loss, fame and disrepute, praise and blame, joy and sorrow.